DASAR – DASAR ILMU TANAH
ACARA III
DERAJAT KERUT TANAH
Oleh:
Nama : Fitri Marlinda Sari
NIM : A1C112003
Rombongan : 8
Asisten : 1. Wefindria Afifah
2. Nova Margareth
3. Kristia D.A
4.
Reza Rizqy T
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas,
menduduki sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman,
dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak
terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu
pula.
Secara
fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organik, udara, da air. Bahan anorganik secara garis besar
terdiri dari golongan fraksi tanah yaitu :
1. Pasir (0,05
mm – 2,00 mm) yaitu tidak plastis
dan tidak liat, daya menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang
pori makro lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah
pasir relative baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu
sama lain.
2. Debu (0,002
mm – 0,005 mm) yaitu
merupakn pasir mikro. Tanah keringnya menggumpal tetapi mudah pecah jika
basah, empuk dan menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan
kohesi yang cukup baik.
3. Liat
(<0,002 mm) yaitu
berbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggi sehingga bila dibasahi
amat lengket dan sangat plastis, sifat mengmbang dan mengkerut yang besar.
Tanah
yang mengandung pasir sifatnya sukar diolah dan semakin berat tanahnya (liat
tinggi),semakin besar derajat kerutnya. Mengetahui derajat kerut suatu jenis
tanah akan mempermudah untuk mengetahui kandungan bahan organik dalam tanah
tersebut. Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan
untuk menjadi keras dan penyangga, kapasitas drainase, dan menyimpan air,
plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan
retensi unsur – unsur hara tanaman, semuanya erat hubungannya dengan kondisi
fisik tanah.
Sifat fisik tanah mempunyai banyak
kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan kemampuan yang dibebankan
kepadanya kemampuan untuk menjadi keras dan penyangga, kapasitas drainase dan
menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan
menahan retensi unsur-unsur hara tanaman, semuanya erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah.
Kondisi meliputi warna tanah, tekstur tanah, konsistensi dan struktur tanah.
Selain itu tanah juga mempunyai
tiga dimensi ruang yaitu panjang, lebar dan kedalaman. Setiap tanah mempunyai
sifat-sifat yang khas yang merupakan hasil karya factor-faktor pembentuk tanah
ini, maka setiap jenis tanah akan menampakkan profil yang berbeda.
Mengetahui bentuk fisik tanah dari
berbagai jenis, kandungan mineral di dalamnya, derajat kerut tanah, adanya
kandungan air tanah serta pengetahuan tentang profil tanah merupakan suatu cara untuk mendapatkan
tanah yang cocok untuk budidaya komoditi pertanian. Sebab faktor-faktor
tersebut di atas adalah faktor utama dalam budidaya pertanian.
B.Tujuan
Untuk mengetahui besarnya derajat kerut
tanah dari beberapa jenis tanah dan membandingkan besarnya derajat kerut antar
jenis tanah yang diamati.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah mempunyai sifat mengembang
(bila basah) dan mengerut (bila kering). Berat ringannya tanah akan menentukan
besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar
derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya.
Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin
kecil (Notohadiprawiro, 1998).
Secara kasaran, zarah mineral tanah
dapat dipilah menjadi 3 kategori. Yang
berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut batu, berdiameter antara 2
cm dan 2 mm disebut krikil, dan berdiameter lebih kecil daripada 2 mm disebut bahan
tanah halus (Kohnke, 1968).
Tanah yang banyak mengandung pasir
akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan
disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan
sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga
disebut tanah berat (Sarief, 1986).
Beberapa jenis tanah mempunyai
sifat mengembang (bila basah) dan mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim
kering karena tanah mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang
dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit
yang tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai
COLE (Coefficient Of Linear Extensibility) (Hardjowigeno,2010).
Bahan organik merupakan bahan
penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun
dari segi biologi tanah. Bahan organikadalah bahan pemantap agregat
tanah.Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan
organik (Hakim, 1986).
Pisahan lempung dibedakan secara
mineralogis dari pisahan debu oleh karena lebih dirajai oleh pelikan – pelikan
hasil pelapukan dan tidak dijumpai pada batuan yang tidak lapuk. Pisahan
lempung lebih tanah pelapukan lanjut daripada pelikan dalam batuan dan lebih
menunjukkan watak fisis dan kimiawi pisahan lempung. Pisahan lempung dengan
ukuran zarah < 2 mikron, merupakan pisahan koloid. Pelikan ini jarang
dijumpai dalam bentuk zarah berukuran > 2 mikron, dan umumnya dijumpai
dengan ukuran < 2 mikron. Pisahan lempung kasar, terutama berukuran > 0.5
mikron, dapat mengandung sejumlah kuarsa, dan kadang mika, sedangkan pisahan
lempung ukuran < 0.1 mikron, hampir seluruhnya terdiri dari pelican lempung
atau hasil pelapukan lain (Poerwowidodo, 1991).
Berbagai macam ukuran,tekstur dan
srtuktur yang telah disebutkan diatas, sangat mempengaruhi derajat kembang atau
mengkerutnya tanah. Dipandang dari segi fisika, tanah mineral merupakan
campuran yang terbentuk dari butir-butir anorganik, rapuhan bahan organik,
udara dan air. Pecahan mineral yang lebih besar biasanya terdapat di dalamnya
dan dilapisi seluruhnya oleh koloida, dan bahan lain yang sudah menjadi halus.
Kadang-kadang butir-butir mineral yang lebih besar menguasai dan menjadikan
tanah berkerikil atau berpasir. Dapat juga terjadi sebagian terbesar koloida
anorganik; dalam hal ini tanah akan berciri lempung (Soegiman, 1982).
Mengetahui bentuk fisik tanah dari
berbagai jenis, kandungan mineral di dalamnya, derajat kerut tanah, adanya
kandungan air tanah serta pengetahuan tentang profil tanah merupakan suatu cara untuk mendapatkan
tanah yang cocok untuk budidaya komoditi pertanian. Sebab faktor-faktor
tersebut di atas adalah faktor utama dalam budidaya pertanian (Sutedjo, Mulyani, 1991).
BAB III
METODE
KERJA
A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah contoh tanah halus (<0,5 mm), botol
semprot, air, cawan porselin, colet, cawan dakhil, jangka sorong dan serbet /
lap pembersih.
B. Cara Kerja
1. Tanah halus
diambil secukupnya, dimasukkan ke dalam cawan porselin, ditambah air dengan
menggunakan botol semprot, lalu diaduk secara merata dengan colet sampai pasta
tanah menjadi homogen.
2. Pasta tanah
yang sudah homogen dimasukkan ke dalam cawan dakhil yang telah diketahui
diameternya dengan menggunakan jangka sorong (diameter awal).
3. Cawan dakhil
yang telah berisi pasta tanah tersebut dijemur di bawah terik matahari,
kemudian dilakukan pengukuran besarnya pengkerutan setiap 2 jam sekali sampai
diameternya konstan (diameter akhir).
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
No
|
Jenis
Tanah
|
|
Pengamatan
Ke :
|
|
|
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|||
1
|
Entisol
|
Ø1
|
3,99
|
3,85
|
3,77
|
3,73
|
3,68
|
3,68
|
|
Ø2
|
3,99
|
3,88
|
3,79
|
3,71
|
3,66
|
3,66
|
|
||
X
|
3,99
|
3,86
|
3,78
|
3,72
|
3,67
|
3,67
|
|
||
2
|
Ultisol
|
Ø1
|
3,86
|
3,74
|
3,6
|
3,49
|
3,34
|
3,22
|
3,22
|
Ø2
|
3,86
|
3,72
|
3,62
|
3,48
|
3,32
|
3,2
|
3,2
|
||
X
|
3,86
|
3,73
|
3,61
|
3,49
|
3,33
|
3,21
|
3,21
|
||
3
|
Inseptisol
|
Ø1
|
3,83
|
3,79
|
3,7
|
3,65
|
3,65
|
|
|
Ø2
|
3,9
|
3,84
|
3,76
|
3,74
|
3,73
|
|
|
||
X
|
3,86
|
3,81
|
3,73
|
3,69
|
3,69
|
|
|
||
4
|
Andisol
|
Ø1
|
3,87
|
3,81
|
3,66
|
3,63
|
3,60
|
|
|
Ø2
|
3,85
|
3,71
|
3,65
|
3,60
|
3,55
|
|
|
||
X
|
3,86
|
3,76
|
3,66
|
3,61
|
3,58
|
|
|
||
5
|
Vertisol
|
Ø1
|
3,99
|
3,80
|
3,09
|
3,04
|
3,02
|
3,01
|
3,01
|
Ø2
|
3,83
|
3,51
|
3,20
|
2,00
|
1,92
|
1,90
|
1,90
|
||
X
|
3,91
|
3,655
|
3,145
|
2,52
|
3,98
|
3,96
|
3,96
|
Perhitungan :
1.
Entisol
Add caption |
Ø1 DK
Ø1 DK
Ø2 DK
X DK
2. Ultisol
Ø1 DK
Ø2 DK
X DK
3.
Inseptisol
Ø1 DK
Ø2 DK
X DK
4. Andisol
Ø1 DK
Ø2 DK
X DK
5. Vertisol
Ø1 DK
Ø2 DK
X DK
B. Pembahasan
Derajat Kerut Tanah adalah suatu ukuran besarnya
pengerutan suatu tanah yang ditentukan oleh kandungan dari tanah itu sendiri. Dipandang dari segi fisika, tanah mineral
merupakan campuran yang terbentuk dari butir-butir anorganik, rapuhan bahan
organik, udara dan air. Pecahan mineral yang lebih besar biasanya terdapat di
dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh koloida, dan bahan lain yang sudah
menjadi halus. Kadang-kadang butir-butir mineral yang lebih besar menguasai dan
menjadikan tanah berkerikil atau berpasir. Dapat juga terjadi sebagian terbesar
koloida anorganik, dalam hal ini tanah
akan berciri lempung (Soegiman, 1982).
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kerut
pada tanah adalah berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah dan
kandungan bahan organik tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar
derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya.
Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin
kecil. Semakin tinggi kandungan liat,
semakin besar derajat kerut tanah. Dan dapat pula di pengaruhi olehcahaya
matahari, semakin banyak cahaya matahari yang mengenai tanah maka akan semakin cepat
terjadi pengkerutan tanah, dan jika semakin tinggi kandungan air tanah maka derajat
kerut tanah semakin kecil (Notohadiprawiro, 1998).
Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah)
dan mengerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut
maka menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan
oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi.
Setelah mengetahui
bentuk fisik dan sifat tanah dari berbagai jenis, derajat
kerut tanah, kandungan mineral didalamnya,dan adanya kandungan air tanah serta pengetahuan
tentang profil tanah merupakan suatu cara untuk mendapatkan tanah yang cocok
untuk budidaya komoditi pertanian. Sebab faktor-faktor tersebut di atas adalah
faktor utama dalam budidaya pertanian.
Bahan
anorganik tanah secara garis besar terdiri atas golongan fraksi tanah yaitu:
pasir, debu, dan liat. Masing – masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang
berbeda. Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar,
mudah untuk diolah, mudah merembeskan air dan disebut tanah ringan. Sebaliknya
tanah yang banyak mengandung liat akan
sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sulit dalam pengolahan sehingga
disebut tanah berat(Kohnke, 1968).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada acara derajat kerut tanah ini dapat
diperoleh hasil bahwarata-rata derajat kerut untuk tanah entisol yaitu 8,02%,
tanah ultisol : 16,8 %, tanah inceptisol : 4,4 %, tanah andisol : 7,25% dan tanah
vertisol: 37,3%. Hal ini menunjukkan bahwa derajat kerut yang terbesar ada pada
tanah vertisol.
Hal
ini menunjukkan bahwa derajat kerut yang terbesar ada pada tanah vertisol.
Tanah vertisol mempunyai kandungan liat yang mengembang tinggi, retakan dalam
dan lebar yang berkembang selama periode kering.
Tanah yang memiliki derajat kerut
pada urutan kedua adalah tanah ultisol,yg terbentuk dari pencucian dengan sifat
tanah basa dan berkembang dibawah iklim panas sampai tropik. Ultisol lebih
hebat dilapukkan, tanah ini juga mempunyai horizon argilik (lempung) dengan
kejenuhan basa lebih rendah dari 35 %. Hal ini membuktikan bahwa pada tanah
basa dengan kandungan bahan organic rendah, menyebabkan derajat kerut yang
ditimbulkan besar.
Tanah yang memiliki derajat kerucut
pada urutan ketiga adalah entisol,tanah entisol dicirikan oleh kenampak kurang mudaan
dan tanpa horizon genetik alamiah juga hanya mempunyai horizon-horizon
permulaan. Entisol yang berkembang dari bukit pasir mempunyai nilai budidaya
pertanian terbatas. Inseptisol biasanya dicirikan oleh stratifikasi. Tekstur
dihubungkan dengan laju dimana air mengendapkan alluvium maka tanah ini
cenderung bertekstur kasar di dekat arus air dan bertekstur halus di dekat
tepi-tepi luar dari dataran banjir.
Tanah yang memiliki derajat kerut
pada urutan keempat adalah andisol.Andisol merupakan tanah yang mempunyai
derajat kerut paling kecil. Andisol terdapat di wilayah datar, bergelombang,
berbukit sampai bergunung. Bahaninduknyaadalah abu atau tuf volkan, proses
pembentuk tanah adalah alterasi, liksiviasi atau laterisasi lemah warna
tanahnya adalah hitam, kelabu sampai coklat tua.Tekstur lemah lapisan bawah
agak gumpal dengan konsistesi gembur. Pada praktikum derajat kerut tanah andisol
ini mempunyai derajat kerut kecil yaitu 7,25% hal ini berkaitan dengan
kandungan bahan organic tanah. Semakin tinggi bahan organic tanah, maka tanah
tersebut akan mempunyai derajat kerut yang kecil.
Dan tanah yang memiliki derajat
kerut pada urutan kelima adalah inceptisol. Pada tanah Inseptisol profilnya
mengandung horizon yang diperkirakan terbentuk agak cepat dan kebanyakan hasil
dari perubahan batuan induk. Horizon tidak menggambarkan pelapukan yang hebat
(Buckman, 1982).
Produktivitas alami Inceptisol
sangat bervariasi, ada yang sangat subur dan ada juga yang mengandung bahan
organic rendah. Sedangkan pada tanah Entisol dicirikan oleh kenampak kurang
mudaan dan tanpa horizon genetic alamiah juga hanya mempunyai horizon-horizon
permulaan. Entisol yang berkembang dari bukit pasir mempunyai nilai budidaya
pertanian terbatas. Inseptisol biasanya dicirikan oleh stratifikasi. Tekstur
dihubungkan dengan laju dimana air mengendapkan alluvium maka tanah ini
cenderung bertekstur kasar di dekat arus air dan bertekstur halus di dekat tepi-tepi
luar dari dataran banjir.
Inceptisol adalah tanah – tanah
yang dapat memiliki epipedon okhrik dan horison albik seperti yang dimiliki
tanah entisol juga yang menpunyai beberapa sifat penciri lain ( misalnya
horison kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi ordo tanah yang lain.
Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang perkembangan profil
yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai
sifat bahan induknya (Hardjowigeno,1993).
Inceptisol
mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya air untuk
tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut
dalam musim – musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit
akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari
pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi
lempung ke dalam tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk
dalam tanah inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa.
Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat kecuali daerah kering mulai
dari kutup sampai tropika(Notohadiprawiro,
1998).
Jika dilihat, dari data diatas dapat
kita simpulkan bahwa masing-masing jenis tanah mempunyai derajat kerut yang
berbeda-beda. Hal tersebut disababkan oleh beberapa faktor, yaitu berat
ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan
liat, semakin besar derajat kerut tanah.Selain itu, bahan orgaik tanah
berpengaruh sebaliknya.Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka
derajat kerut tanah semakin kecil.
BAB
V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat
diambil dari praktikum ini adalah:
Ø Sifat
– sifat tanah dapat kita
ketahui dengan cara menghitung derajat kerut tanah.
Ø Suatu
tanah semakin tinggi kandungan liatnya, maka semakin besar derajat kerut tanah.
Selain itu, bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan
bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil.
Ø Sifat
– sifat tanah dapat diketahui dengan menghitung derajat kerut tanah.
Ø Tanah entisol mempunyai derajat kerut 7,7% pada ulangan 1 dan 8,2% pada ulangan 2.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, Harry O. 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Hakim, Nurhajati
dkk. 1986.Dasar-dasarIlmu
Tanah.UNILA
:Lampung.
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah.
Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta
Kohnke, H. 1968. Soil Physic.Tata Mc Graw- Hill Publishing.
Company Ltd :Bombay.
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan
Morfologi. Fahutan. Institut Pertanian Bogor: Bogor
Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana
: Bandung.
Soegiman.1982 .Tanah-Tanah
Utama Indonesia. PT Dunia Pustaka Jaya :Jakarta
Sutedjo, Mulyani.1991. Dasar-Dasar IlmuTanah . Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah Dan Lingkungan. Direktorat
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar