Selasa, 06 Mei 2014

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR – DASAR ILMU TANAH
ACARA III
DERAJAT KERUT TANAH

logo_UNSOED.jpg

Oleh:
                             Nama                   : Fitri Marlinda Sari
                             NIM                     : A1C112003
                             Rombongan          : 8 
                             Asisten       : 1. Wefindria Afifah
                                                  2. Nova Margareth
                                                 3. Kristia D.A
                                                4. Reza Rizqy T

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
        Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula.
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organik, udara, da air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan fraksi tanah yaitu :
1.      Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) yaitu tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir relative baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama lain.
2.      Debu (0,002 mm – 0,005 mm) yaitu merupakn pasir mikro. Tanah keringnya menggumpal tetapi mudah pecah jika basah, empuk dan menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik.
3.      Liat (<0,002 mm) yaitu berbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggi sehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengmbang dan mengkerut yang besar.
Tanah yang mengandung pasir sifatnya sukar diolah dan semakin berat tanahnya (liat tinggi),semakin besar derajat kerutnya. Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan mempermudah untuk mengetahui kandungan bahan organik dalam tanah tersebut. Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras dan penyangga, kapasitas drainase, dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsur – unsur hara tanaman, semuanya erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah.
Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras dan penyangga, kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsur-unsur hara tanaman, semuanya erat  hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi meliputi warna tanah, tekstur tanah, konsistensi dan struktur tanah.
Selain itu tanah juga mempunyai tiga dimensi ruang yaitu panjang, lebar dan kedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas yang merupakan hasil karya factor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan menampakkan profil yang berbeda.
Mengetahui bentuk fisik tanah dari berbagai jenis, kandungan mineral di dalamnya, derajat kerut tanah, adanya kandungan air tanah serta pengetahuan tentang profil  tanah merupakan suatu cara untuk mendapatkan tanah yang cocok untuk budidaya komoditi pertanian. Sebab faktor-faktor tersebut di atas adalah faktor utama dalam budidaya pertanian.

B.Tujuan
        Untuk mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan membandingkan besarnya derajat kerut antar jenis tanah yang diamati.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil (Notohadiprawiro, 1998).
Secara kasaran, zarah mineral tanah dapat dipilah menjadi 3 kategori. Yang  berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut batu, berdiameter antara 2 cm dan 2 mm disebut krikil, dan berdiameter lebih kecil daripada 2 mm disebut bahan tanah halus (Kohnke, 1968).
Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief, 1986).
Beberapa jenis tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient Of Linear Extensibility)  (Hardjowigeno,2010).
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organikadalah bahan pemantap agregat tanah.Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organik (Hakim, 1986).
Pisahan lempung dibedakan secara mineralogis dari pisahan debu oleh karena lebih dirajai oleh pelikan – pelikan hasil pelapukan dan tidak dijumpai pada batuan yang tidak lapuk. Pisahan lempung lebih tanah pelapukan lanjut daripada pelikan dalam batuan dan lebih menunjukkan watak fisis dan kimiawi pisahan lempung. Pisahan lempung dengan ukuran zarah < 2 mikron, merupakan pisahan koloid. Pelikan ini jarang dijumpai dalam bentuk zarah berukuran > 2 mikron, dan umumnya dijumpai dengan ukuran < 2 mikron. Pisahan lempung kasar, terutama berukuran > 0.5 mikron, dapat mengandung sejumlah kuarsa, dan kadang mika, sedangkan pisahan lempung ukuran < 0.1 mikron, hampir seluruhnya terdiri dari pelican lempung atau hasil pelapukan lain (Poerwowidodo, 1991).
Berbagai macam ukuran,tekstur dan srtuktur yang telah disebutkan diatas, sangat mempengaruhi derajat kembang atau mengkerutnya tanah. Dipandang dari segi fisika, tanah mineral merupakan campuran yang terbentuk dari butir-butir anorganik, rapuhan bahan organik, udara dan air. Pecahan mineral yang lebih besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh koloida, dan bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang butir-butir mineral yang lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil atau berpasir. Dapat juga terjadi sebagian terbesar koloida anorganik; dalam hal ini tanah akan berciri lempung (Soegiman, 1982).
Mengetahui bentuk fisik tanah dari berbagai jenis, kandungan mineral di dalamnya, derajat kerut tanah, adanya kandungan air tanah serta pengetahuan tentang profil  tanah merupakan suatu cara untuk mendapatkan tanah yang cocok untuk budidaya komoditi pertanian. Sebab faktor-faktor tersebut di atas adalah faktor utama dalam budidaya pertanian  (Sutedjo, Mulyani, 1991).

BAB III
METODE KERJA

A.    Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah contoh tanah halus (<0,5 mm), botol semprot, air, cawan porselin, colet, cawan dakhil, jangka sorong dan serbet / lap pembersih.

B.    Cara Kerja
1.      Tanah halus diambil secukupnya, dimasukkan ke dalam cawan porselin, ditambah air dengan menggunakan botol semprot, lalu diaduk secara merata dengan colet sampai pasta tanah menjadi homogen.
2.      Pasta tanah yang sudah homogen dimasukkan ke dalam cawan dakhil yang telah diketahui diameternya dengan menggunakan jangka sorong (diameter awal).
3.      Cawan dakhil yang telah berisi pasta tanah tersebut dijemur di bawah terik matahari, kemudian dilakukan pengukuran besarnya pengkerutan setiap 2 jam sekali sampai diameternya konstan (diameter akhir).



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
No
Jenis Tanah

Pengamatan Ke :



1
2
3
4
5
6
7
1
Entisol
Ø1
3,99
3,85
3,77
3,73
3,68
3,68

Ø2
3,99
3,88
3,79
3,71
3,66
3,66

X
3,99
3,86
3,78
3,72
3,67
3,67

2
Ultisol
Ø1
3,86
3,74
3,6
3,49
3,34
3,22
3,22
Ø2
3,86
3,72
3,62
3,48
3,32
3,2
3,2
X
3,86
3,73
3,61
3,49
3,33
3,21
3,21
3
Inseptisol
Ø1
3,83
3,79
3,7
3,65
3,65


Ø2
3,9
3,84
3,76
3,74
3,73


X
3,86
3,81
3,73
3,69
3,69


4
Andisol
Ø1
3,87
3,81
3,66
3,63
3,60


Ø2
3,85
3,71
3,65
3,60
3,55


X
3,86
3,76
3,66
3,61
3,58


5
Vertisol
Ø1
3,99
3,80
3,09
3,04
3,02
3,01
3,01
Ø2
3,83
3,51
3,20
2,00
1,92
1,90
1,90
X
3,91
3,655
3,145
2,52
3,98
3,96
3,96
Perhitungan :
1.      Entisol
Add caption
 Ø1 DK
Ø1 DK
Ø2 DK

X DK

2.      Ultisol

Ø1 DK




Ø2 DK



X DK



3.      Inseptisol

Ø1 DK




Ø2 DK



X DK



4.      Andisol

Ø1 DK



Ø2 DK



 X DK



5.      Vertisol

Ø1 DK



Ø2 DK



X DK


 B.     Pembahasan
Derajat Kerut Tanah adalah suatu ukuran besarnya pengerutan suatu tanah yang ditentukan oleh kandungan dari tanah itu sendiri.  Dipandang dari segi fisika, tanah mineral merupakan campuran yang terbentuk dari butir-butir anorganik, rapuhan bahan organik, udara dan air. Pecahan mineral yang lebih besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh koloida, dan bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang butir-butir mineral yang lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil atau berpasir. Dapat juga terjadi sebagian terbesar koloida anorganik,  dalam hal ini tanah akan berciri lempung (Soegiman, 1982).
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kerut pada tanah adalah berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah dan kandungan bahan organik tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil.  Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Dan dapat pula di pengaruhi olehcahaya matahari, semakin banyak cahaya matahari yang mengenai tanah maka akan semakin cepat terjadi pengkerutan tanah, dan jika semakin tinggi kandungan air tanah maka derajat kerut tanah semakin kecil (Notohadiprawiro, 1998).
Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi.
Setelah mengetahui bentuk fisik dan sifat tanah dari berbagai jenis, derajat kerut tanah, kandungan mineral didalamnya,dan  adanya kandungan air tanah serta pengetahuan tentang profil tanah merupakan suatu cara untuk mendapatkan tanah yang cocok untuk budidaya komoditi pertanian. Sebab faktor-faktor tersebut di atas adalah faktor utama dalam budidaya pertanian.
Bahan anorganik tanah secara garis besar terdiri atas golongan fraksi tanah yaitu: pasir, debu, dan liat. Masing – masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda. Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah untuk diolah, mudah merembeskan air dan disebut tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak  mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sulit dalam pengolahan sehingga disebut tanah berat(Kohnke, 1968).
Berdasarkan praktikum  yang telah dilakukan  pada acara derajat kerut tanah ini dapat diperoleh hasil bahwarata-rata derajat kerut untuk tanah entisol yaitu 8,02%, tanah ultisol : 16,8 %, tanah inceptisol : 4,4 %, tanah andisol : 7,25% dan tanah vertisol: 37,3%. Hal ini menunjukkan bahwa derajat kerut yang terbesar ada pada tanah vertisol.
        Hal ini menunjukkan bahwa derajat kerut yang terbesar ada pada tanah vertisol. Tanah vertisol mempunyai kandungan liat yang mengembang tinggi, retakan dalam dan lebar yang berkembang selama periode kering.
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan kedua adalah tanah ultisol,yg terbentuk dari pencucian dengan sifat tanah basa dan berkembang dibawah iklim panas sampai tropik. Ultisol lebih hebat dilapukkan, tanah ini juga mempunyai horizon argilik (lempung) dengan kejenuhan basa lebih rendah dari 35 %. Hal ini membuktikan bahwa pada tanah basa dengan kandungan bahan organic rendah, menyebabkan derajat kerut yang ditimbulkan besar.
Tanah yang memiliki derajat kerucut pada urutan ketiga adalah entisol,tanah entisol dicirikan oleh kenampak kurang mudaan dan tanpa horizon genetik alamiah juga hanya mempunyai horizon-horizon permulaan. Entisol yang berkembang dari bukit pasir mempunyai nilai budidaya pertanian terbatas. Inseptisol biasanya dicirikan oleh stratifikasi. Tekstur dihubungkan dengan laju dimana air mengendapkan alluvium maka tanah ini cenderung bertekstur kasar di dekat arus air dan bertekstur halus di dekat tepi-tepi luar dari dataran banjir.
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan keempat adalah andisol.Andisol merupakan tanah yang mempunyai derajat kerut paling kecil. Andisol terdapat di wilayah datar, bergelombang, berbukit sampai bergunung. Bahaninduknyaadalah abu atau tuf volkan, proses pembentuk tanah adalah alterasi, liksiviasi atau laterisasi lemah warna tanahnya adalah hitam, kelabu sampai coklat tua.Tekstur lemah lapisan bawah agak gumpal dengan konsistesi gembur. Pada praktikum derajat kerut tanah andisol ini mempunyai derajat kerut kecil yaitu 7,25% hal ini berkaitan dengan kandungan bahan organic tanah. Semakin tinggi bahan organic tanah, maka tanah tersebut akan mempunyai derajat kerut yang kecil.
Dan tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan kelima adalah inceptisol. Pada tanah Inseptisol profilnya mengandung horizon yang diperkirakan terbentuk agak cepat dan kebanyakan hasil dari perubahan batuan induk. Horizon tidak menggambarkan pelapukan yang hebat (Buckman, 1982).
Produktivitas alami Inceptisol sangat bervariasi, ada yang sangat subur dan ada juga yang mengandung bahan organic rendah. Sedangkan pada tanah Entisol dicirikan oleh kenampak kurang mudaan dan tanpa horizon genetic alamiah juga hanya mempunyai horizon-horizon permulaan. Entisol yang berkembang dari bukit pasir mempunyai nilai budidaya pertanian terbatas. Inseptisol biasanya dicirikan oleh stratifikasi. Tekstur dihubungkan dengan laju dimana air mengendapkan alluvium maka tanah ini cenderung bertekstur kasar di dekat arus air dan bertekstur halus di dekat tepi-tepi luar dari dataran banjir.
Inceptisol adalah tanah – tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan horison albik seperti yang dimiliki tanah entisol juga yang menpunyai beberapa sifat penciri lain ( misalnya horison kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi ordo tanah yang lain. Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya (Hardjowigeno,1993).
Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut dalam musim – musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke dalam tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat kecuali  daerah kering mulai dari kutup sampai tropika(Notohadiprawiro, 1998). 
Jika dilihat, dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa masing-masing jenis tanah mempunyai derajat kerut yang berbeda-beda. Hal tersebut disababkan oleh beberapa faktor, yaitu berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah.Selain itu, bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya.Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil.

BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah: 
Ø  Sifat – sifat tanah dapat kita ketahui dengan cara menghitung derajat kerut tanah.
Ø  Suatu tanah semakin tinggi kandungan liatnya, maka semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil.
Ø  Sifat – sifat tanah dapat diketahui dengan menghitung derajat kerut tanah.
Ø  Tanah entisol mempunyai derajat kerut 7,7% pada ulangan 1 dan 8,2% pada  ulangan 2.


DAFTAR PUSTAKA

Buckman, Harry O. 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Hakim, Nurhajati dkk. 1986.Dasar-dasarIlmu Tanah.UNILA :Lampung.
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta
Kohnke, H. 1968. Soil Physic.Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company Ltd :Bombay.
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Fahutan. Institut Pertanian Bogor: Bogor
Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana : Bandung.
Soegiman.1982 .Tanah-Tanah Utama Indonesia. PT Dunia Pustaka Jaya :Jakarta
Sutedjo, Mulyani.1991Dasar-Dasar IlmuTanah . Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah Dan Lingkungan. Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar