Kamis, 08 Mei 2014

LAPORAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN


ACARA IV
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS VEGETASI GULMA





Semester Ganjil
2013/2014


Oleh :
Fitri Marlinda Sari
A1C112003



           
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013



I.                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tumbuhan dibagi menjadi dua yaitu, tumbuhan yang menguntungkan dan tumbuhan yang merugikan. Tumbuhan yang menguntungkan yaitu tumbuhan yang dibudidayakan oleh manusia atau sengaja untuk ditanam karena mempunyai nilai ekonomis yang menjanjikan. Sedangkan tumbuhan yang merugikan adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya. Dalam kegiatan budidaya atau dalam ilmu pertanian, tumbuhan tersebut sering disebut dengan gulma (weed). Pengertian gulma yang lain adalah tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya secara pasti sehingga kebanyakan orang juga menganggap bahwa gulma mempunyai nilai negatif yang lebih besar daripada nilai ekonomisnya. Sehingga gulma tersebut harus dimusnahkan, agar tidak menimbulkan kerugian,dan yang nantinya dapat mengganggu kegiatan pertanian. Baik secara teknis, produksi, maupun secara ekonomis.
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena akan menurunkan hasil yang biasa dicapai oleh tanaman produksi. Gulma diidentifikasi berdasarkan ciri morfologinya, kemudian ditulis nama spesies, morfologi dan perkembangbiakannya, daur hidup dan tempat tumbuhnya. Terdapat beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti rumput-rumputan, teki dan alang-alang. Gulma dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, yaitu sesuai dengan bentuk daun (daun lebar atau daun sempit), lama hidupnya  (setahun atau semusim (annual), dua tahunan (biennal) dan tiga tahuanan (perennial) ), serta dari sudut pentingnya (golongan yang sangat ganas dan golongan yang agak ganas). Dengan demikian gulma adalah tanaman yang tidak dikehendaki oleh para penanam, karena tanaman ini tumbuhnya salah tempat, tidak dikehendaki  dan merugikan. Gulma yang selalu berada di sekitar  tanaman yang dibudidayakan dapat menghambat pertumbuhan serta menekan hasil akhir.
Pada saat manusia telah mengenal  pertanian, masalah gulma telah menjadi lebih besar dan kerugian yang ditimbulkan sangat besar.  Hanya saja kerugian ini timbulnya sedikit demi sedikit, tidak drastis atau spektakuler seperti hama atau penyakit. Bahkan semasa manusia purba masih mengumpulkan bahan makanan dari tumbuhan, ia sudah harus berurusan dengan tumbuhan yang tidak mereka kehendaki, yaitu gulma, dan hanya mengammbil tumbuhan (atau bagian dari tumbuhan) yang dapat dimakan. Pada masa itu tumbuhan yang tidak dikehendaki ini hanya sekedar mempersulit usaha mandapatkan makanan saja, dan masih dapat diatasi.
Masyarakat dalam bidang pertanian khusunya sekarang ini sudah sadar akan bahaya yang di timbulkan dalam melakukan pengendalian gulma yang tidak standar lingkungan, sekarang orang – orang memperhatikan cara dalam melakukan pengendalian gulma oleh sebab itu karena dengan adanya identifikasi serta analisis vegetasi gulma dapat lebih membantu cara mengendalikan gulma agar lebih efisien. Identifikasi dan analisis vegetasi ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesnya pengendalian gulma, evaluasi hasil pengendalian gulma, perubahan flora (shifting) sebagai akibat metode pengendalian tertentu dan evaluasi herbisida (trial) untuk menentukan aktivitas suatu herbisida terhadap jenis gulma di lapangan. Dengan memahami karakteristik tersebut, dalam melakukan upaya pengendalian gulma akan lebih mudah. Selain itu, harus memperhatikan faktor-faktor lain, seperti misalnya iklim, jenis tanah, biaya yang diperlukan, dan pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkannya.
Suatu vegetasi kadangkala dibagi menjadi beberapa komunitas yang tumbuh bersama di suatu daerah. Beberapa komunitas tersebut juga disebut assosiasi yaitu sekumpulan tumbuhan yang tumbuh bersama pada lingkungan yang sama. Komunitas tumbuhan akan selalu di dominasi oleh jenis tumbuhan tertentu sebagai gulma. Komunitas tumbuhan sering kali digunakan oleh ahli ekologi untuk menjelaskan suatu vegetasi di suatu wilayah. Adapun sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh komunitas tumbuhan adalah:
a.       Mempunyai komposisi floristic yang tetap
b.      Fisiognomi (struktur, tinggi, penutupan, tajuk daun, dsb)
c.       Mempunyai penyebaran yang karakteristik dengan lingkungan habitatnya
Adanya persaingan antara tanaman budidaya dengan gulma, selalau saja membawa suatu masalah yang akhirnya mengacu pada penurunan hasil produksi dari tanaman budidaya. Apabila hal ini terus menerus dibiarkan maka akan tidak tertutup kemungkinan tanaman budidaya yang kita hasilkan akan terancam keberadaannya, dan bila tidak segera diantisipasi maka lama-kelamaan akan musnah ataupun menculnya impor dari luar negeri ke Indonesia dalam hal pengendalian tanaman budidaya terutama tanaman pangan.



B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui spesies gulma yang tumbuh mengganggu dan bersaing dengan tanaman budidaya.
2.      Mengetahui komposisi jenis atau spesies gulma, dan dominasi pada suatu vegetasi.











II.                TINJAUAN PUSTAKA
Gulma adalah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut biasanya tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005).
Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan. Kemampuan gulma mengadakan regenerasi besar sekali, khususnya pada gulma perennial. Gulma perennial dapat menyebar dengan vegetatif. Luas penyebarannya karena daun dapat dimodifikasikan. Demikian pula dengan bagian-bagian lainnya. Inilah yang memungkinkan gulma unggul dalam persaingan dengan tanaman budidaya (Moenandir,1990).
Gulma dari golongan monokotil umumnya disebut dengan istilah gulma berdaun sempit atau jenis gulma rumput-rumputan. Sedangkan gulma dari golongan dikotil disebut dengan istilah gulma berdaun lebar. Ada pula jenis gulma lain yang berasal dari golongan teki-tekian atau golongan sedges. Gulma juga dapat dibedakan berdasarkan lama hidupnya (setahun atau semusim, dua tahun atau tahunan), serta sari sudut pentingnya (golongan yang sangat ganas dan golongan agak ganas) (Moenandir, 1993).
Gulma berdaun lebar. Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun lebar dari jenis dikotil dan pada umumnya mempunyai lintasan C3.
Gulma berdaun sempit. Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun sempit, panjang, dari jenis monokotil dan pada umumnya mempunyai lintasan C4
Gulma semusim atau setahun (annual). Tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya dari biji, tumbuh sampai mati selama semusim atau setahun. Karena banyaknya biji yang dibentuk, maka persisten.
Gulma tahunan (perennial). Tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya selama lebih dari dua tahun. Kebanyakan tumbuhan ini membentuk biji banyak untuk penyebaran dan dapat pula menyebar secara vegetatif. Kerena beda cara penyebarannya, maka tumbuhan ini dibagi perennial sederhana dan perennial merayap. Gulma perennial sederhana, hanya menyebar dengan biji, meskipun dapat menyebar secara vegetatif bila tumbuhan ini terpotong, akar lunak dan tumbuh meluas. Gulma perennial merayap menyebar dengan akar yang merayap, stolon (bagian merayap diatas tanah) dan rhizoma (bagian marayap didalam tanah) ( Sudarmo,1991 ).
Daun gulma daun lebar dibentuk pada meristem apikal yang sangat sensitif pada senyawa kimia. Stomata pada daun gulma daun lebar banyak terdapat pada daun bagian bawah yang memungkinkan cairan herbisida dapat masuk. Gulma daun lebar memiliki bentuk daun yang lebih luas, sehingga luas permukaan daun yang kontak dengan senyawa limbah sagu lebih besar. Gulma daun sempit berkedudukan vertikal dan memiliki luas permukaan daun lebih kecil. Analisis vegetasi gulma menunjukkan bahwa gulma daun sempit merupakan gulma yang dominan dibandingkan gulma daun lebar. Hal ini disebabkan karena gulma daun sempit umumnya bereproduksi secara vegetatif dengan stolon dan rhizome yang mampu bertahan di dalam tanah dan akan tumbuh kembali jika kondisi sudah baik (Syakir, 2008).
Identifikasi gulma dapat ditempuh dengan satu cara atau kombinasi dari cara-cara di bawah ini (Tjitrosoedirdjo,S.dkk, 1984):
1)        Membandingkan gulma tersebut dengan material yang sudah ada (herbarium).
2)        Konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan.
3)        Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
4)        Membandingkan dengan determinasi yang telah ada.
5)        Membandingkan dengan ilustrasi yang telah tersedia.
Pemberantasan gulma dilaksanakan bila gulma itu bener-bener jahat, tumbuh disuatu tempat tertentu dalam lintasan yag cukup sempit dan dapat membahayakan lingkungan seperti terbakarnya gudang, tumbuh disepanjang jalan raya, dan lain-lain. Dengan demikian tujuan pemberantasan gulma semata-mata untuk membasmi tumbuhnya tumbuhan itu selengkapnya. Adapun pengendalian dilaksanakan, bila gulma tumbuh pada area tertentu disekitar pertanaman, dan tidak seluruh waktu tumbuh gulma akan mempengaruhi pertumbuhan pertanaman (Triharso, 1996).
Pengamatan komposisi gulma berguna untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran jenis gulma yaitu keberadaan jenis gulma pada suatu areal sebelum dan sesudah percobaan. Some Dominance Ratio (SDR) atau Nisbah Jumlah Dominan (NJD) berguna untuk menggambarkan hubungan jumlah dominansi suatu jenis gulma dengan jenis gulma lainnya dalam suatu komunitas, sebab dalam suatu komunitas sering dijumpai spesies gulma tertentu yang tumbuh lebih dominan dari spesies yang lain. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma dilakukan antara lain adalah jenis gulma dominan, tumbuhan budidaya utama, alternatif pengendalian yang tersedia serta dampak ekonomi dan ekologi (Mas’ud, 2009).
Konsepsi dan  metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Misalnya apakah ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, apakah untuk evaluasi hasil suatu pengendalian gulma. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi vegetasi. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan metode garis (line intersept), untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetasi tumbuh menjalar (cpeeping) digunakan metode titik (point intercept) dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneliti yang sudah berpengalaman. Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja/keadaan, seperti peta lokasi yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya. Semuanya adalah untuk memperoleh efisiensi (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).
Tujuan analisis vegetasi adalah sebagai berikut (Prawoto, dkk, 2008) :
1.    Mengetahui komposisi jenis gulma dan menetapkan jenis yang dominan. Biasanya hal ini dilakukan untuk keperluan perencanaan, misalnya untuk memilih herbisida yang sesuai.
2.    Untuk mengetahui tingkat kesamaan atau perbedaan antara dua vegetasi. Hal ini penting misalnya untuk membandingkan apakah terjadi perubahan komposisi vegetasi gulma sebelum dan setelah dilakukan  pengendalian dengan cara tertentu.
















III.             METODE PRAKTIKUM
A.    Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah lahan kering. Sedangkan alat yang digunakan adalah square method ukuran 50 x 50 cm, buku deskripsi gulma atau herbarium, kantong plastik, kantong kertas atau amplop, oven, timbangan elektrik, dan alat tulis.

B.  Prosedur Kerja
1.        Identifikasi
a.           Petak contoh dengan ukuran 50 x 50 cm dibuat dengan alat sguare method pada lahan sawah dan lahan kering.
b.           Petakan tersebut dilempar secara sembarang, jenis gulma yang tumbuh pada petak tersebut diambil atau dicabut, dimasukkan ke dalam plastic.
c.           Jenis gulma yang ada diidentifikasi dengan menggunakan buku deskripsi berdasarkan ciri morfologinya, dan ditulis nama spesies, morfologi, perkembangbiakan, daur hidup dan tempat tumbuhnya.
d.          Jenis gulma dipisahkan berdasarkan golongannya.
2.        Analisis Vegetasi
a.         Petak contoh dengan ukuran 50 x 50 cm dibuat dengan cara meletakkan alat square method pada lahan sawah dan lahan kering sebanyak lima petak contoh pada masing-masing jenis lahan.
b.        Semua gulma yang tumbuh pada petak contoh tersebut diambil atau dicabut.
c.         Jenis gulma yang ada dipisahkan dan diindentifikasi.
d.        Masing-masing gulma yang ada dihitung, kemudian dimasukkan kedalam kantong kertas atau amplop dan dikeringkan dalam oven pada suhu 70ºC sampai kering konstan.
e.         Masing-masing gulma yang telah dikeringkan atau di oven kemudian ditimbang.
f.         Kerapatan, frekuensi, dan dominasi masing-masing jenis gulma dihitung.




















IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
-          Terlampir

B.     Pembahasan
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki manusia.  Tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki manusia, berarti tumbuhan tersebut merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung atau bahkan kadang-kadang juga belum diketahui kerugian atau kegunaannya (Tjitrosoedirdjo, 1984).
Gulma adalah segala tanaman yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan. Bunga mawar pun, jika tumbuh di tengah sayuran juga termasuk Gulma. Kebanyakan Gulma adalah tanaman yang cepat tumbuh dan dapat menghasilkan sejumlah besar biji dalam waktu singkat. Biasanya bijinya mudah tersebar, misalnya bunga dandelion dengan buahnya yang bisa tersebar hanya dengan angin kecil. Beberapa gulma akan terus menebarkan bijinya walaupun pohonnya telah dicabut. Di atas tanah, dari gulma kebun biasa, bunga-bunganya akan membuat setumpuk biji berambut pada timbunan kompos jika ditaruh disitu dan tidak dihancurkan. Gulma lain seperti tumbuhan rambat bunga kuning menghasilkan puncuk yang berakar setiap kali menyentuh tanah. Dengan ini, tanaman menjalar dengan cepat. Ada Gulma yang seperti konvolvulus, harus diangkat sepenuhnya dari tanah. Sisa tangkai yang tercecer akan tumbuh sebagai tanaman baru.
Kehidupan menciptakan dan memelihara kondisi lingkungan yang diperlukan bagi kelangsungan kehidupan itu sendiri. Gulma, sebagai bagian dari mahluk hidup, bukan tumbuhan yang salah tempat atau salah waktu, tetapi lebih tepat adalah tumbuhan yang belum diketahui makna, peranan, dan manfaat kehadirannya bagi manusia khususnya dan kehidupan umumnya. Keberadaan gulma bukan hanya mewujudkan relung ruang dan relung trofik (peranannya dalam metabolisme), tetapi juga relung multidimensional (pengaruhnya terhadap keadaan lingkungan) dan relung genetik. Jadi pengendalian gulma harus merupakan upaya pengelolaan vegetasi secara keseluruhan. Berbagai upaya pengelolaan gulma, khususnya dengan herbisida, mulai dari pengadaan herbisida, distribusi, penyimpanan dan penggunaannya harus didasarkan atas kelayakan lingkungan, dan tidak hanya kelayakan ekonomi dan teknologi saja. Pengembangan teknologi pengendalian gulma harus diupayakan dengan dukungan ilmu dan teknologi yang canggih, tetapi hasilnya harus efektif dan praktis bagi pemakai dan petani kecil, karena hanya inovasi yang sederhana dan mudah dilaksanakan yang akan mampu memotivasi timbulnya gair.
Gulma disamping merugikan juga memberikan manfaat bagi manusia, terutama bila kepentingan manusia terhadap tumbuhan tersebut bersifat subyektif. Manfaat Gulma adalah sebagai berikut :
·              Menambah kesuburan tanah terutama dalam hal bahan organik.
Contohnya Ageratum conyzoides, pistia   stratiotes dll.
·              Mencegah atau mengurangi timbulnya erosi.
Contohnya Mimosa invisa, Tithonia diversifolia.
·              Sebagai Bahan Makanan ternak.
Contohnya Pennisetum purpureum, Cynodon dactylon.
·              Bahan Penutup Tanah/Mulsa.
Contohnya adalah Mimosa invisa.
·              Sebagai Obat Tradisional.
Contohnya Mimosa invisa, Imperata cylindrical.
·              Sebagai Bahan Makanan atau sayuran.
 Contohnya Cyperus rotundus.
Ada juga manfaat gulma bagi pertanian adalah sebagai berikut :
-          Dapat mengurangi terjadinya erosi, longsor padalahan yang bertopografi miring
-          Dapat menambah sumber bahan organik tanah
-          Sebagai perangkap inang pengganggu hama/penyakit tanaman
-          Membantu mengatur suhu, kelembaban tanah dansumber air
-          Mencegah kerusakan tanah oleh matahari, curahhujan, angin yg langsung dan dapat merusak sifat fisik tanah
Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi di satu lahan yaitu lahan kering. Identifikasi dilakukan dengan membuat petak contoh ukuran 50 cm x 50 cm yang biasa disebut dengan square method. Gulma yang terdapat dalam petakan tersebut dicabut sampai ke akarnya kemudian dipisahkan berdasarkan jenisnya dan golongannya.
Identifikasi gulma dapat ditempuh dengan satu cara atau kombinasi dari cara-cara di bawah ini (Tjitrosudiro, 1984):
1.     Membandingkan gulma tersebut dengan material yang sudah ada (herbarium).
2.     Konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan.
3.     Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
4.     Membandingkan dengan determinasi yang telah ada.
5.     Membandingkan dengan ilustrasi yang telah tersedia.
Pada praktikum kali ini identifikasi gulma yang ditempuh dengan cara membandingkan dengan ilustrasi yang telah tersedia yaitu menggunakan buku deskripsi gulma. Identifikasi disini perlu dilakukan karena dapat dipastikan orang-orang mengetahui/dapat dengan mudah mencari informasi dengan memakai nama latin gulma tersebut. Sebelum diidentifikasi gulma perlu dikelompokkan secara sederhana menurut keadaan morfologi secara umum, yaitu dibagi menurut golongan rerumputan (grasses), berdaun lebar (broad leaf), dan teki-tekian (sedges).
Grasses, yaitu rumput-rumput dengan batang berbentuk bulat, daun sempit dan panjang dengan urat daun yang terlihat paralel.  Sedang sedges, yaitu hampir sama dengan grasses hanya saja batangnya berbentuk triangular atau segi tiga.  Broad leaf , yaitu bentuk daunnya bervariasi, demikian pula aturan urat daunnya.  Sesuai dengan namanya, gulma ini daunnya lebih lebar dibanding golongan gulma lainnya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terdapat 13 jenis gulma yang  dominan didapat pada lahan kering. Berikut adalah klasifikasi gulma yang ditemukan pada lahan kering :
1.      Synendrella hodiflora L.
Description: syn_nod
Ø  Klasifikasi
Kingdom     : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi           : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas           : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas    : Asteridae
Ordo            : Asterales
Famili          : Asteraceae
Genus          : Synedrella
Spesies         : Synedrella nodiflora (L.) Gaertn

Ø  Morfologi
Jotang kuda (Synedrella nodiflora) adalah sejenis gulma pertanian anggota suku Asteraceae. Berbau agak keras, sedikit menyerupai bau kambing, tumbuhan ini juga dikenal sebagai babadotan lalaki, jukut berak kambing atau jukut gendreng (Sd.), bruwan, gletang warak, krasuk, atau serunen (Jw.), serta gofu makeang (Ternate). Berasal dari Amerika tropis, jotang kuda kini telah menjadi tumbuhan pengganggu yang paling umum di Jawa, khususnya di tempat-tempat yang sedikit terlindung.
Gulma ini termasuk kedalam terna semusim, tegak atau berbaring pada pangkalnya, bercabang menggarpu berulang-ulang, tinggi hingga 1,5 m. Daun-daun berhadapan, dengan tangkai bentuk talang 0,5–5,5 cm, tangkai dari pasangan daun yang sama dihubungkan dengan tepi yang sempit, dengan banyak rambut di sekitarnya. Helai daun bundar telur memanjang, 2,5–15 × 1–9 cm; pangkal daun menyempit sepanjang tangkai, ujung daun runcing, sementara tepinya bergerigi lemah, dan berambut di kedua permukaannya.
Mempunyai bunga majemuk dalam bongkol kecil, panjang 8–10 mm, duduk atau bertangkai pendek, berisi 10–20 bunga yang berjejal-jejal, terletak terminal atau di ketiak daun, 1-7 bongkol bersama-sama. Daun pelindung bundar telur memanjang, berujung runcing, berambut kaku. Bunga tepi 4–8 buah, dengan pita kuning bertaju 2–3, lk 2 mm panjangnya. Bunga cakram serupa tabung, 6–18 buah, kuning muda dengan taju kuning cerah. Tabung kepala sari coklat kehitaman. Buah keras dengan dua macam bentuk: buah dari bunga tepi sangat pipih, bersayap dan bergerigi runcing di tepi dan ujungnya, sementara buah dari bunga cakram sempit panjang, dengan 2–4 jarum di ujungnya. Panjang buah lk. 0,5 cm.
Daun yang muda kadang-kadang dimanfaatkan sebagai lalab. Daun yang digiling halus bersama daun bandotan (Ageratum conyzoides), daun cente manis (Lantana camara), dan kapur sirih, dioleskan untuk menghangatkan perut yang sakit. Tumbuhan ini juga digunakan sebagai obat gosok untuk meringankan rematik.
Ø  Ekologi
Jotang kuda tercatat pertama kalinya di Jawa pada 1888, dan kini telah menyebar luas di seluruh Indonesia. Tumbuhan ini menyenangi tempat-tempat yang sedikit ternaungi, dan lebih jarang, pada tempat yang hampir selalu disinari matahari. Jotang kuda tidak menyukai penggenangan. Kerap ditemukan di perkebunan; pekarangan; tepi-tepi jalan, pagar, dan saluran air; padang; dan tanah-tanah terlantar.

2.      Murdannia hodiflora (L) Brenan
Ø  Klasifikasi
Divisi           : Magnoliophyta
Kelas           : Liliopsida
Bangsa         : Commelinales
Suku            : Commelinaceae
Marga          : Murdannia
Jenis             : Murdannia nudiflora




3.      Paspalum conjugatum
Ø  Klasifikasi
Kingdom                 : Plantae (Tumbuhan)
    Subkingdom            : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
    Super Divisi            : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
    Divisi                       : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
    Kelas                       : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
    Sub Kelas                : Commelinidae
    Ordo                        : Poales
    Famili                      : Poaceae (suku rumput-rumputan)
    Genus                      : Paspalum
    Spesies                    : Paspalum conjugatum Berg.

4.      Description: Euphorbia hirtaEuphorbia hirta
Ø  Klasifikasi
Kingdom      : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta ( Berbiji)
Divisi           : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas           : Magnoliopsida (Dikotil)
Sub Kelas     : Rosidae
Ordo             : Euphorbiales
Famili           : Euphorbiaceae
Genus           : Euphorb
Spesies         : Euphorbia hirta L.
Ø  Morfologi
Patikan kebo merupakan tumbuhan gulma, terna, tegak dengan tinggi 6 cm sampai 60 cm, batang berambut, percabangan selalu keluar dari dekat pangkal batang dan tumbuh lurus ke atas, akar tunggang dan jarang yang tumbuh mendatar dengan permukaan tanah (Ditjen POM, 1978). Patikan kebo berbatang lunak dan bergetah putih. Warna batangnya adalah hijau kecoklatan. Daunnya berbentuk jorong meruncing sampai tumpul, tepinya bergerigi dan berbulu dipermukaan atas dan bawah. Panjang helaian daun mencapai 50 mm dan lebarnya 25 mm, pertulangan menyirip, letak daun yang satu dengan yang lain berhadap-hadapan .Daunnya berwarna hijau atau hijau keunguan. Tumbuhan patikan kebo mampu bertahan hidup selama 1 tahun dan berkembang biak melalui biji (Anonim, 2009).
Ø  Ekologi
Tumbuhan patikan kebo merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika. Tumbuhan ini juga terdapat di India, Cina, Malaysia dan Australia. Di Indonesia banyak dijumpai pada padang rumput ditepi sungai atau dikebun, pada ketinggian tempat antara 1 m sampai 1.400 m di atas permukaan laut). Tumbuhan patikan kebo merupakan tumbuhan yang tidak lama hidupnya, tumbuhan ini tumbuh tegak dan merupakan suatu kosmopolit dari daerah tropis dan banyak terdapat didataran rendah serta pada tanah yang tidak terlalu lembab dan biasanya berumput.
5.      Alternanthera brasiliana L
Ø  Klasifikasi
Divisi           :           Magnoliophyta
Kelas           :           Magnoliopsida
Bangsa         :           Caryophyllales
Suku            :           Amaranthaceae
Marga          :           Alternanthera
Jenis             :           Alternanthera brasiliana

6. Digitaria adscenden H.B.K

7.      Cyperus rotundus
Ø  Klasifikasi
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta ( Berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Berbiji)
Divisi               : Magnoliophyta (Berbunga)
Kelas               : Liliopsida (monokotil)
Sub Kelas        : Commelinidae
Ordo                : Cyperales
Famili              : 
Cyperaceae 
Genus              : 
Cyperus
Spesies            : Cyperus rotundus
Ø  Morfologi:
Akar    :  Pada rimpangnya yang sudah tua terdapat banyak tunas yang menjadi umbi berwarna coklat atau hitam. Rasanya sepat kepahit-pahitan dan baunya wangi. Umbi-umbi ini biasanya mengumpul berupa rumpun.
Batang :pada batang rumput teki ini memiliki ketinggian mencapai 10 sampai 75 cm.
Daun    : berbentuk pita, berwarna mengkilat dan terdiri dari 4-10 helai, terdapat pada pangkal batang membentuk rozel akar, dengan pelepah daun tertutup tanah.
Bunga   : berwarna hijau kecoklatan, terletak di ujung tangkai dengan tiga tunas kepala benang sari berwarna kuning jernih, membentuk bunga-bunga berbulir, mengelompok menjadi satu berupa payung.
Buah    : buahnya berbentuk kerucut besar pada pangkalnya, kadang-kadang melekuk berwarna coklat, dengan panjang 1,5 – 4,5 cm dengan diameter 5 – 10 mm.
Biji       : bijinya berbentuk kecil bulat, dan memiliki sayap seperti bulu yang digunakan  untuk proses penyerbukan.
Ø  Ekologi
Cyperus rotundus adalah gulma yang tumbuhnya dipermukaan tanah atau lahan kering dan akan mati ketika tergenang air. Gulma tahunan berumur lebih dari 2 tahun. Umumnya berkembang biak secara vegetatif, namun ada beberapa spesies yang berkembang biak secara vegetatif dan generatif. Organ perkembangbiakan vegetatif berupa akar , rimpang, umbi dan stolon. Pemotongan organ-organ tersebut biasanya terjadi pada saat pengolahan tanah.
8. Eleuisine indica
Ø  Description: Eleusine indicaKlasifikasi
Kelas       : Liliopsida
SubKelas : Commelinida
Ordo        : Poales
Famili     : Poaceae
Genus     : Eleusine
Spesies   : Eleusine indica
Ø  Ciri Morfologi
Akar panjang serabut, bentuk daun meruncing, ada telinga daun, posisi daun selang-seling, memiliki batang semu, bentuk bunga menyirip.
Gulma ini adalah gulma semusim, berumur pendek, dan berkembangbiak dengan biji. Gulma ini dapat tumbuh hingga 200 m dan dominan terdapat pada tanaman kacang-kacangan. Ciri khasnya adalah mempunyai batang yang selalu   berbentuk cekungan, menempel pipih. Pelepah menempel kuat, lidah daun pendek seperti selaput dan tumbuh dalam rumpun, dan batang sering kali bercabang. Daun terdiri dari dua baris, tetapi kasar di setiap ujung. Pada pangkal helai daun berambut. Bunga, bulir menjari 3-5, berkumpul pada sisi poros yang bersayap dan bertunas. Anak bulir berseling-se,ing tersusun seperti genting.
Eleisine indica akan cepat tumbuh dan berkembang bila memperoleh cahaya cukup banyak dan air pengairan melimpah. Gulma ini sangat peka pada keadaan lingkungannya. Dengan demikian, kondisi yang sedikit saja tidak menguntungkan akan membuat gulma cepat mati. Demikian pula pertumbuhan vegetatif sangat terganggu pada musim kemarau atau saat kelembaban tabah sangat rendah.

9. Lindernia crustacea L

10. Pogonatherum paniceum lamk
Ø  Klasifikasi
Kerajaan      : Plantae
Ordo            : Poales
Famili          : Poaceae
Genus          : Pogonatherum
Spesies         : P. crinitum
Ø  Morfologi
Rumput bambu (Pogonatherum crinitum) adalah sejenis tumbuhan obat yang masih berkerabat secara famili dengan rumput bambu (genus Lophatherum). Tumbuhan ini bermanfaat sebagai peluruh air seni dan obat demam untuk anak-anak. Dikenal dengan sebutan padang lalis (Batak Karo); kotokan, merangan (Jawa); jukut mayang, jukutu palas (Sunda); manek klepu (Halmahera Utara); gofu tabadiku (Ternate); letup, sarimbata wiping, dan rukut incepal (Minahasa). Gulma ini merupakan rumput berumbai,mempunyai batang yang sudah kemerahan, tegak dan tinggi 15-50 cm. Daun adalah linear, 1,5-7 x 0,15-0,3 cm, flattish dan inrolled. Selubung daun berbulu hanya pada persimpangan dengan helaian daun. Perbungaan adalah terminal spike seperti segugusan pada akhir cabang. Paku dipasangkan, 1 sessile dan lainnya mengintai, awned dan berbulu. The sessile gabah adalah baik 2-bunga atau lebih rendah floret absen.

11. Ischaemum rugosum salisb
Ø  Klasifikasi
Nama Latin                         : Ischaemum rugosum Salisb.segi tiga
Keluarga                  : Poaceae segi tiga
Nama umum            : Kerut bebek paruh, saromacca rumput segi tiga
Sinonim                   : Andropogon arnottianus (Nees) Steudel, Colladoa distachia Cav., Ischaemum akoense Honda, I. segetum Trin., Meoschium arnottianum Nees, M. griffithii Nees & Arn., M. rugosum (Salisb.) Nees segi tiga
Geografis distribusi : Asia : Cina. Selatan dan Asia Tenggara: Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Filipina, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam. Seluruh dunia: Australia, Kolombia, Ekuador, Fiji, Madagaskar, Nikaragua, Peru, Venezuela, dan Afrika Barat. segi tiga.
Ø  Morfologi
Sebuah tegak atau menaik tahunan atau tahunan, sampai dengan tinggi 100 cm.
Stem: sering keunguan, biasanya memiliki rambut di node, silinder.
Daun: pisau 10-30 cm panjang, gundul atau dengan rambut yang tersebar pada kedua permukaan, dikompresi selubung agak longgar dan hijau atau keunguan, dengan rambut pada marjin, ligule membran dan menyatu dengan auricles.
Perbungaan: dipasangkan paku terminal yang sering kuat menempel satu sama lain, sehingga muncul seperti lonjakan tunggal. Pada saat jatuh tempo, memisahkan menjadi dua tandan spike seperti. Spikelets dipasangkan, satu adalah sessile, yang pedicelled lainnya, sessile hijau kekuningan gabah, hingga 6-mm-panjang, glume pertama menonjol melintang keriput, spiral awns di pangkalan, berwarna gelap.segi tiga
Ø  Biologi dan ekologi
Merambat dengan biji. Benih tidak berkecambah sementara terendam meskipun, setelah munculnya, mereka dapat tumbuh dengan mudah dalam kondisi banjir.
Ischaemum rugosum ditemukan dalam kondisi basah, terutama di sawah tanam benih langsung.segi tiga.
Ischaemum rugosum adalah gulma serius di dataran rendah tanam benih langsung padi, di mana ia muncul belakangan daripada banyak gulma di tanaman dan disukai oleh banjir dangkal.

12. Cynodon dactylon
Ø Klasifikasi
Kingdom     : Plantae
Subkindom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi           : Magnoliophyta
Kelas           : Liliopsida
Subkelas      : Commelinidae
Ordo            : Poales
Family         : Poacea
Genus          : Cynodon
Spesies         :Cynodon dactylon
Ø  Identifikasi
Gulma tahunan berumur lebih dari 2 tahun. Umumnya berkembang biak secara vegetatif, namun ada beberapa spesies yang berkembang biak secara vegetatif dan generatif. Organ perkembangbiakan vegetatif berupa akar , rimpang, umbi dan stolon. Pemotongan organ-organ tersebut biasanya terjadi pada saat pengolahan tanah.
Ø   Morfologi
Rumput menahun dengan tunas menjalar yang keras; tinggi 0.1 – 0.4 m (½ m). Batang langsing, sedikit pipih, yang tua dengan rongga kecil.Daun kerapkali jelas 2 baris.Lidah sangat pendek. Helaian daun bentuk garis, tepi kasar, hijaukebiuran,berambut atau gundul, 2.5 – 15 kali 0.2 – 0.7 cm. Bulir 3 – 9, mengumpul, panjang 1.5 – 6 cm. Poros bulir berlunas. Anak bulir berdiri sendiri, berseling kirikanan lunas, menghadap ke satu sisi, menutup satu dengan yang lain secara genting, duduk, ellipsmemanjang, panjang kurang lebih 2 mm, kerapkali keungu-unguan. Sekam 1 – 2 yang terbawah tetaptinggal.Jumlah benang sari 3, tangkai putik 2, kepala putik ungu, muncul di tengah-tengah anak bulir.Bunga tegak seperti tandan.Biji membulat telur, kuning sampai kemerahan terna bertahunan yang berstolon, merumput dengan rimpang bawah tanah menenbus tanah sampai kedalaman 1 m atau lebih. Lamina melancip – memita,berlapis lilin putih keabu-abuan tipis dipermukaan bawah, gundul atau berambut pada permukaan atas .pelepah daun panjang halus, bermabut atau gundul. Ligula tampak jelas berupa cincin rambut – rambut putih.

Ø  Ekologi
Rumput muda ini diduga berasal dari Afrika dan Asia Selatan dan Tenggara, tetapi jenis ini telahdiintroduksi ke semua daerah tropis dan subtropics dan dijumpai dapat bertahan hidup di Eropa danketinggian 4000 m di Himalaya. Jenis ini juga ada di pulau – pulau Pasifik, Atlantik dan Lautan India.Habitat Rumput Bermuda tumbuh paling bagus pada suhu diatas 240C Dan tahan terhadap kekeringan.Tumbuh paling baik pada tanah yang berdrainase baik tapi toleran terhadap banjir yang berkepanjangan.pHoptimal yaitu diatas 5,5. Juga toleran terhadap kesuburan tanah yang rendah tetapi tidak toleran terhadap naungan.Daerah dengan musim kemarau yang tegas, di daerah cerah matahari dengan ketinggian1 – 1650 m.Perbanyakan umumnya tersebar luas melaluiperakaran, namun dari dari Biji dapat perbanyakan secara alami.
13. Typhonium trilobatum L
Ø  Klasifikasi
Spesies                     :          Typhonium roxburghii Schott
Nama Indonesia      :          Keladi tikus
Nama Lokal              :          trenggiling mentik (Jawa), ileus (Sunda), bira kecil (Maluku)
Habitat                    :          Jenis ini merupakan gulma, menyukai tempat pembuangan yang lembab, pada ketinggian hingga 1000 m.
Perbanyakan             :          Jenis ini diperbanyak dengan umbi utuh atau potongannya.
Manfaat tumbuhan  :          Di Indonesia, umbinya dilaporkan dapat dimakan setelah beberapa kali perebusan, meskipun, umbinya sangat gatal dan dapat menyebabkan pembengkakan pada lidah dan bibir. Untuk pengobatan, umbinya digunakan untuk mengobati pembengkakan pada kulit dan getahnya digunakan untuk mengobati penyakit patek.
Sinonim                   :           Arum diversifolium Blume, Typhonium divaricatum Blume, Typhonium trilobatum auct., non (L.) Schott.
Kategori                  :           Umbi-umbian
Ø  Morfologi
Tumbuhan terna dengan umbi agak bulat dan berakar di ujungnya. Daun biasanya beruang tiga, biasanya lebar melebihi panjangnya. Perbungaan tongkol, seludang 30 cm panjangnya, bagian dalam berwarna merah tua hingga ungu, bagian bunga steril ditutupi dengan rudimen menjarum, berwarna merah tua. Buah buni berbiji 1-2.
Keladi Tikus termasuk golongan herba yang bentuknya menyerupai talas tumbuh berumpun di alam bebas pada tanah gembur, lembab dan teduh. Di pulau Jawa Keladi Tikus banyak ditemukan di hampir semua tempat baik dataran tinggi maupun dataran rendah.
Keladi Tikus yang masih kecil dan tumbuh, daun biasanya berbentuk bulat sedikit lonjong. Daun daun berikutnya mulai meruncing seperti daun talas. Keladi Tikus yang sudah tua daunnya hijau halus berujung runcing menyerupai anak panah. Bunga berwarna putih kekuningan dan kelopaknya menyerupai ekor tikus.
Akarnya berwarna putih membesar membentuk umbi. Tinggi tanaman dewasa 10 s/d 20 cm (yang berkualitas bagus) dengan berat 10 s/d 20 gram setiap rumpun. Umbi Keladi Tikus berbentuk bulat londong. Untuk tanaman dewasa yang siap digunakan diameter umbi antara 1 cm s/d 2 cm.
Tanaman ini juga banyak dijumpai tumbuh di parit-parit (tanah berair) dan sangat subur. Pada sawah sawah di beberapa daerah Keladi Tikus bahkan banyak tumbuh diantara padi. Sehingga setiap saat harus dihilangkan / dibasmi karena sangat mengganggu pertumbuhan padi. Keladi Tikus mengandung zat yang dapat mengaktifkan fungsi sel darah dengan memproduksi mediator, sehingga merangsang dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh.
Di negara lain misalnya Di Malaysia Keladi Tikus dipakai sebagai obat penyembuh penyakit kanker yang penggunaannya disarankan dilakukan berdampingan dengan pengobatan medis seperti kemoterapi (chemotherapy) atau radioterapi (radiotherapy).
Pada penderita kanker stadium lanjut penggunaan sari Keladi Tikus telah menunjukkan hasil yang sangat positip. Keladi Tikus dapat mengatasi efek sampingan dari chemotheraphy, seperti rambut rontok, mual, dll. Terdapat tumbuhan yang mirip dengan Keladi Tikus yaitu Thyponium trilobatum. Typhonium trilobatum daunnya berombak dan berwarna hujau agak pudar. Dibagian ujung daun yang masih kuncup berwarna keunguan dan akarnya berwarna coklat tua. Kelopak bunga Typhonium trilobatum melebar menyerupai lidah serta berwarna ungu. Typhonium trilobatum mengandung zat yang bersifat racun. Karena itu hindarilah kekeliruan.
Distribusi/Penyebaran. Jenis ini tersebar di bagian Selatan India, Sri Lanka, Malaysia, Indonesia, Papua New Guinea. Di introduksikan ke tempat-tempat lainnya misalnya di Filipina, Tanzania, Brazil.
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan dan bentuk vegetasi . Analisis vegetasi erat kaitannya dengan sampling,artinya cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakilihabitat tersebut. Dalam sampling ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu jumlah petak, cara peletakan petak, dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.
  Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus besar sehingga individu yang ada dalam petak contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan,dihitung, dan diukur tanpa duplikasi.
  Indeks nilai penting digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks nilai penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai kerapatan relative (KR) dan dominasi relative (DR) (Mueller dan dombois,1974).
Pada lahan kering, dilakukan perhitungan mengenai :
Kerapatan mutlak (Km) suatu spesies adalah jumlah individu spesies tersebut dalam petak contoh.
            Kerapatan relative = Km spesies itu / jumlah Km semua spesies x 100%
Frekuensi mutlak (Fm) suatu spesies adalah hasil pembagian jumlah petak contoh berisi spesies itu dengan jumlah semua petak contoh yang diambil.
        Frekuensi relative (Fm) = Fm spesies itu / jumlah Fm semua spesies x 100%
Dominasi mutlak (Dm) suatu spesies adalah biomassa atau bobot kering gulma.
        Dominasi relative (Dm) = Dm suatu spesies / jumlah dominasi mutlak semua spesies x 100%

Nilai jumlah dominasi masing-masing jenis gulma
        Nilai jumlah dominasi (NJD) = Kr+Fr+Dr / 3

        NJD menunjukkan jumlah nilai penting dibagi jumlah besaran NJD, biasanya dipakai karena jumlahnya tidak lebih dari 100 % sehingga mudah diinterpretasikan. Setelah dilakukan identifikasi terhadap berbagai jenis gulma yang diamati, maka dilakukan analisis data pada kedua lahan yang telah ditentukan. Sehingga didapatkan hasil analisis perhitungan data pada lahan sawah untuk jumlahnya yaitu:
Km = 234, Kr = 99,6%, Fm = 27/4, Fr = 99,94%, Dm =124,8, Dr = 99,95. Sehingga nilai NJD = 99,8
        Masing-masing komposisi spesies dapat dilihat di tabel dengan Nilai jumlah Dominasi/Sum of Domination Ratio (SDR).
        Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa banyak gulma yang terdapat pada lahan sawah kering. Dengan demikian, adanya suatu hasil  dalam mengetahui komposisi jenis atau spesies gulma dan domimasi pada suatu vegetasi diperoleh suatu evaluasi pengendalian gulma seperti: perubahan flora (shifting), akibat metode pengendalian tertentu, evaluasi percobaan herbisida (trial) untuk menentukan aktifitas sesuatu kombinasi herbisida terhadap jenis gulma yang dapat mempengaruhi tanaman budidaya.
 Pengendalian gulma merupakan subjek yang sangat dinamis dan perlu strategi yang khas untuk setiap kasus. Beberapa hal perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma dilakukan, diantaranya:
1.           Jenis gulma dominan
2.           Tumbuhan budidaya utama
3.           Alternatif pengendalian yang tersedia
4.           Dampak ekonomi dan ekologi (Natawigena, 1995).
Salah satu pengendalian yang sering dilakukan oleh manusia adalah pengendalian hayati. Pengendalian hayati itu sendiri diartikan sebagai pemanfaatan setiap organisme yang berbeda dengan spesies tumbuhan sasaran seperti gulma untuk mengurangi pertumbuhan gulma itu sendiri dan reproduksinya. Patogen gulma yang endemik dipergunakan sebagai mikro herbisida untuk gulma yang sulit dikendalikan dengan cara lain.
Kelemahan dalam pengendalian hayati ini adalah dikhawatirkan adanya resiko yang membawa bahan serangga yang dapat menjadi hama pada tanaman yang dibudidayakan. Namun hal ini dapat dihindari dengan membawa patogen yang heterogen populasinya bukan yang tunggal. Pengendalian hayati pada gulma masih jarang dilakukan apalagi pada bidang pertanian secara meluas.
Sastroutomo (1990) mengemukakan bahwa, perubahan komposisi jenis gulma di dalam komunitas tanaman budidaya/gulma adalah sangat umum pada penggunaan sejenis herbisida yang berulang-ulang. Daya adaptasi yang cukup tinggi dari gulma terhadap herbisida, maka lebih dari saru jenis herbisida haruslah digunakan pada satu sistem bercocok tanam. Adanya fenomena toleransi terhadap herbisida juga menunjukan bahwa untuk keberhasilan pengendalian diperlukan keterpaduan antara pengendalian gulma secara kimiawai dengan yang mekanis dala suatu sistem pertanian atau dapat pula dilakukan dengan cara rotasi jenis-jenis tanaman pangannya. Dengan cara-cara seperti ini jenis-jenis gulma yang toleran terhadap suatu jenis herbisida di dalam suatu komunitas tanaman pertanian dapat dicegah.
Herbisida adalah senyawa kimia peracun gulma, dapat menghambat pertumbuhan bahkan mematikan tumbuhan tersebut. Sedangkan substansi pengatur tumbuhan adalah gugusan organik yang bukan nutrisi, dalam jumlah sedikit dapat menghambat atau memodifikasi proses fisiologis tumbuhan yang mungkin dapat pula berarti pemodifikasian pertumbuhan, herbisida translokasi, dan herbisida sistemik.
Dalam praktikum identifikasi dan analisis vegetasi ini hanya dilakukan satu  perlakuan yaitu pada lahan kering. Untuk membasmi gulma yang ada lahan tersebut, maka dilakukan perlakuan dengan cara konvensional , herbisisda kontak dan herbisisda sistemik.
  Menurut Moenandir (1990), Herbisida dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara.  Klasifikasi menurut cara kerja, dikenal herbisida kontak dan sistemik.  Herbisida kontak dikenal karena mengakibatkan efek bakar yang langsung dapat dilihat terutama pada penggunaan dengan kadar tinggi, seperti asam sulfat 70 persen, besi sulfat 30 persen, dan tembaga sulfat 40 persen.  Herbisida kontak merusak bagian tumbuhan yang terkena langsung dan tidak ditranslokasikan ke bagian tumbuhan yang lain.
Wudianto (2002) menambahkan, herbisida kontak ini diaplikasikan dengan penyemprotan dan sangat sesuai untuk mengendalikan gulma setahun atau gulma semusim. Bila diaplikasikan pada gulma tahunan, yang mati hanya bagian atasnya.  Jadi, hanya seperti dibabat, sedangkan akarnya tetap hidup.
Herbisida yang bersifat kontak hanya mematikan bagian hijau tumbuhan yang terkena semprotan. Herbisida ini cocok untuk mengendalikan gulma annual, karena bila terkena akan menyebabkan mati secara keseluruhan. Sedangkan untuk gulma perennial bila terkena herbisida ini hanya seperti dibabad bagian atasnya, karena bagian perakaran tidak mati. Untuk herbisida sistemik diberikan pada tumbuhan (gulma) setelah diserap oleh jaringan daun kemudian ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan tersebut. Misalnya titik tumbuh, akar, rimpang dan lain-lain sehingga gulma tersebut akan mati total (Sukman dan Yakup, 1991).
  Herbisida sistemik, menurut Moenandir (1990), adalah herbisida yang dapat ditranslokasikan ke seluruh tubuh tumbuhan sehingga pengaruhnya luas.  Pengaruh-pengaruh dari herbisida ini antara lain :
(1)   Menghambat fotosintesis terutama pada fase terang;
(2)  Menghambat respirasi, dalam dosis rendah dapat mencegah pembentukan ATP dalam proses respirasi dan organisme dapat mati, sedangkan dalam dosis tinggi proses respirasi terhenti karena enzim respirasi terpengaruh dan protein mengalami denaturasi;
(3)   Menghambat perkecambahan; dan
(4)   Menghambat pertumbuhan.
Pengaruh-pengaruh tersebut, dijelaskan Wudianto (2002) dikarenakan herbisida sistemik diabsorbsi oleh akar atau daun kemudian masuk ke dalam jaringan pembuluh kemudian diedarkan ke bagian lain sehingga gulma mengalami kematian total.  Aplikasinya dapat dengan cara penyemprotan daun atau penyiraman ke akar tanaman.  Gulma tahunan (perennial weed), misal alang-alang, teki, dan sembung darat sangat efektif dikendalikan dengan herbisida sistemik.
Herbisida sistemik dapat digunakan pada semua jenis alat semprot, termasuk sistem ULV (Micron Herbi), karena penyebaran bahan aktif ke seluruh gulma memerlukan sedikit pelarut. Contoh herbisida sistemik diantaranya roundup, starane, sunup, Polaris, tordon dll (Barus, 2003).


V.                KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pengamatan dan pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.      Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena dapat menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
2.      Dari tigabelas gulma yang di amati dapat dibedakan menurutmorfologi, daur hidup dan habitatnya.
3.       Gulma mempunyai efek yang penting dalam kerugian hasil sebab persaingan gulma yang masih belum diketahui benar, karena melibatkan banyak faktor baik varietas, jarak tanam maupun kesehatan tanaman.
4.       Identifikasi sangat perlu dilakukan untuk memudahkan para ahli atau orang-orang dalam mencari nama suatu jenis gulma, karena nama latin suatu gulma akan sangat berarti, mungkin untuk penelitian atau mengendalikan gulma yang berada di sekitar tanaman.
5.       Penyemprotan herbisida disesuaikan dengan keadaan lahan dan tanaman yang banyak gulmanya serta mayoritas gulma yang akan di basmi dengan begitu kerja herbisida dapat optimal.
6.      Spesies Gulma yang paling mendominasi pada lahan kering yaitu Paspalum conjugatum dengan nilai NJD sebesar 29,99 %.

B. Saran
1.      Praktikum harus dilakukan dengan cermat dan tepat
2.      Pengidentifikasian tanaman gulma dan penghitungan harus dilakukan dengan cermat dan teliti


DAFTAR PUSTAKA

Barus,E.2003.Pengendalian Gulma di Perkebunan.Kanisius: Yogyakarta.
Keng, H., Carolina Selatan Chin & HTW Tan, 1990. Flora singkat Singapura Vol. II:. Monokotil Singapore University Press & Dewan Taman Nasional. 215 hlm
Mas’ud, hidayati. 2009. Komposisi dan efisiensi pengendalian gulma pada pertanaman kedelai dengan penggunaan bokashi . Jurnal Agroland 16 (2) : 118 – 123.
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Natawigena,H.1995.Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.Trigenda Karya : Bandung.
Prawoto, A.A., dkk. 2008. Panduan Lengkap Kakao : Manajenem Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sastroutomo,S.1990.Ekologi Gulma.Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Sebayang, H. T., 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. UnitPenerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang
Soerjani, M., AJGH Kostermans dan G. Tjitrosoepomo (Eds.). 1987. Weeds of Rice in Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. p. 106-107 (illust.)
Sudarmo,S.1991.Pengendalian Serangga Hama, Penyakit dan Gulma.Kanisius : Yogyakarta.
Sukman,Yakup.1991.Gulma dan Teknik Pengendaliannya.Rajawali Pers : Jakarta

Syakir, Muhammad et al. 2008. Pemanfaatan limbah sagu sebagai pengendalian gulma pada lada perdu. Jurnal Littri Vol. 14 No. 3 : 107 – 112.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar